My Feet Step On His Way

Show Your Love For Each One Of You Stepping Your Foot, Then You Will Find Love On The Tracks That You Leave

Rabu, 23 Juni 2010

Keajaiban Restu Kedua Orang Tua Dan Ridha Allah SWT Terhadap Usaha Anda

Jika Anda Dihadapkan Pada Lima Pilihan Berikut:
Sangat percaya, percaya, ragu-ragu, tidak percaya, dan sangat tidak percaya 
Mana dari kelima pilihan tersebut yang akan Anda pilih jika pertanyaannya adalah apakah Anda percaya bahwa restu kedua orang tua memiliki peran yang sangat penting terhadap usaha anda? 
Jika Anda menjawab sangat percaya, maka Anda telah berada di jalan yang lurus, tetapi jika Anda menjawab percaya, ragu-ragu, tidak percaya, dan sangat tidak percaya, maka dengarlah cerita Saya. 
Saya adalah seorang anak yang dalam hal akademis biasa-biasa saja. Tetapi, Saya selalu menimba ilmu di lembaga pendidikan formal yang favorit. Alhamdu lillahi rabbil 'aalamin, ini semua karena restu kedua orang tua Saya, sehingga Allah SWT pun ridha pada Saya. 
Saat Saya duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) Kelas VI Catur Wulan ke-II, Saya memperoleh Peringkat Kelas ke-23 dari 33 siswa. Orang tua Saya, terutama Bapak sangat kecewa dengan hasil belajar Saya. Bapak kemudian menasehati Saya agar segera berubah jika masih ingin melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) favorit. 
Beberapa waktu kemudian, Saya menerima surat untuk orang tua/wali murid dari sekolah. Setelah Saya berikan kepada Bapak dan dibuka. Ternyata, isinya adalah undangan rapat. Bapak kemudian menghadiri undangan tersebut. Tetapi, sepulang dari undangan, Bapak langsung masuk kamar dan berbicara dengan Ibu yang kebetulan ada di kamar.
Terdengar dari luar kamar sesuatu yang mengagetkan, ternyata Saya masuk dalam kelompok murid yang mendapatkan pembinaan khusus dikarenakan nilai-nilai yang mengkhawatirkan.
Kelas bimbingan belajar Saya akan dibedakan dari murid-murid yang nilai-nilainya memuaskan.
Yang mengejutkan lagi, Bapak ditunjuk sebagai koordinator dari para orang tua/wali murid yang anak-anaknya mendapat pembinaan khusus. Kasihan sekali Bapak, semua ini karena Saya.
Dua kejadian ini menjadi motivator dan penyemangat Saya untuk berhasil dalam Ujian Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS). 
Saya menjadi rajin belajar, teratur dan disiplin, tidak banyak bicara, rajin shalat, mengaji, dan berpuasa. Berdoa juga senantiasa Saya panjatkan dimanapun dan kapanpun Saya merasa takut, khawatir, tidak percaya diri, dan seterusnya. Saya juga selalu melakukan salah satu dari macam shalat malam secara berjamaah dengan Bapak dan Ibu, kemudian dilanjutkan dengan berdoa. 
Setiap hari, Bapak dan Ibu selalu berpuasa untuk Saya, berdoa untuk Saya, dan selalu memberikan motivasi dan semangat yang luar biasa kepada Saya melalui berbagai macam cara. 
Puji syukur kehadirat Allah SWT, pada hari dimana diumumkannya Nilai EBTANAS, Saya termasuk salah satu dari 20 besar peraih Nilai Ebtanas Murni (NEM) tertinggi di SD Saya dan Saya diterima di salah satu SLTP favorit di Surabaya.
Saat Saya duduk di bangku SLTP Kelas III Semester II, Saya mengalami putus cinta yang pertama. Saya menjadi tidak bersemangat lagi, karena Saya merasa tidak ada yang memberikan Saya motivasi. Hampir setiap hari Saya merasa tidak tenang. Saya mulai sering meninggalkan kelas dan tidak mengikuti pelajaran. Biasanya Saya bergabung dengan teman-teman yang bolos di kantin. Tetapi, jika kantin Saya rasa tidak cukup aman, Saya biasanya mencari tempat lain, pilihan Saya jatuh pada masjid sekolah.
Di masjid sekolah, Saya dapat melakukan apa saja karena sepi dan suasananya juga tenang. Biasanya di masjid sekolah, yang Saya lakukan pertama kali adalah shalat dhuha, karena waktu itu masih pagi. Selanjutnya, Saya berdzikir, berdoa, dan mengaji. Setelah itu, barulah Saya kembali ke kelas jika merasa sudah tenang, tetapi jika belum, Saya biasanya tidak kembali ke kelas hingga waktu dhuhur tiba. Setelah shalat dhuhur berjamaah, baru Saya kembali ke kelas baik dalam keadaan tenang ataupun masih tidak tenang.
Kegiatan ini Saya lakukan terus-menerus, hingga waktu Ujian Nasional (UN) berakhir. Astaghfirullaa hal 'adhiim, nilai UN Saya sangat buruk. Di kelas Saya, Saya urutan nomor 3 nilai UN terendah.
Kedua orang tua Saya hanya bisa mengelus dada melihat nilai Saya yang sangat buruk itu, syukurlah masih bisa lulus, coba kalau tidak, mungkin akan jadi kenangan pahit untuk Bapak dan Ibu. Apalagi, untuk Bapak, karena Bapak adalah seorang pendidik. Bayangkan saja jika Bapak dapat mendidik anak orang dan berhasil, tetapi mendidik anaknya sendiri gagal, apa kemudian kata orang?
Awalnya, Saya dan kedua orang tua Saya sempat pesimis, tidak yakin kalau Saya dengan nilai yang sangat buruk itu dapat diterima di SMA favorit. Tetapi, kemudian di salah satu stasiun TV ditayangkan berita mengenai uji coba tes masuk yang akan dilakukan pada semua SMA Negeri di Surabaya. Jadi, nilai UN bukan syarat untuk dapat masuk dan diterima di SMA favorit. Melainkan, dari nilai UN hanya dilihat anak ini lulus atau tidak, selebihnya nilai uji coba tes masuk SMA yang dilihat. Alhamdu lillaahi rabbil 'aalamin, Saya dan kedua orang tua Saya sudah bisa bernafas lega. 
Saya mulai giat belajar lagi, lebih khusyuk lagi dalam beribadah, shalat, mengaji, dan berdoa, tidak banyak bicara, berhenti main handphone, melupakan sejenak permasalahan yang terjadi dan fokus pada uji coba tes masuk SMA yang akan diikuti. 
Bersama dengan kedua orang tua melakukan salah satu dari macam shalat malam secara berjamaah, kemudian dilanjutkan dengan berdoa. Bapak dan Ibu masih terus berpuasa untuk Saya, sampai tiba waktu pengumuman hasil uji coba tes masuk SMA. 
Alhamdu lillaahi rabbil 'aalamin, Saya diterima di SMA favorit yang Saya idam-idamkan dengan nilai uji coba tes masuk SMA yang memuaskan, karena memperoleh nilai rata-rata 9 untuk setiap mata pelajarannya. 
Saat Saya duduk di bangku SMA kelas III Semester II, disaat semua teman-teman Saya tengah berlomba-lomba untuk mengisi formulir pendaftaran ujian ini dan itu, tes ini dan itu, dan sebagainya sebagai bagian dari usaha agar diterima di perguruan tinggi favorit, Saya justru oleh Bapak Saya, diminta fokus untuk belajar guna mempersiapkan tes Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). 
Bapak memang ingin sekali Saya dapat diterima di perguruan tinggi favorit, tetapi melalui jalur SPMB. Karena, Bapak ingin menunjukkan bahwa Bapak tidak hanya dapat mendidik orang lain, sehingga dapat diterima di perguruan tinggi favorit melalui jalur SPMB, tetapi juga dapat mendidik anaknya sendiri, sehingga dapat diterima di perguruan tinggi favorit melalui jalur SPMB. 
Saya mulai belajar secara mandiri, mengikuti bimbingan belajar baik privat maupun kelas, meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT dengan beribadah dan beramal, dan sebisa mungkin meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. 
Seperti biasa, kedua orang tua Saya selalu berpuasa untuk Saya disaat-saat yang genting seperti ini. 
Alhamdu lillaahi  rabbil 'aalamin, Saya diterima di perguruan tinggi favorit melalui jalur SPMB. Sujud syukur pun Saya dan kedua orang tua Saya lakukan sebagai wujud rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Allah SWT.

1 komentar:

  1. kq sepertinya agak beda ma yg smpyn ceritakan dl y???ato emang aq yg lupa? ^^a

    yah,apapun itu,,
    doa org tua adlh yg plg qt butuhkan.. :)

    BalasHapus